featured,
Mitsubishi,
MODIFIKASI
Dalam modifikasi, tidak sedikit yang salah kaprah mengubah mobil menjadi relatif lebih buruk dari kondisi standarnya, atau yang populer dengan istilah ‘ricer’. Nahasnya lagi, berkat oknum tersebut, beberapa mobil justru mendapat stigma itu karena seringkali jadi obyek modifikasi asal-asalan.
Namun kawan kita Nicky Livanda tidak membiarkan predikat itu menempel di mobil kesayangannya. Pria yang hobi nge-games ini membuat basis Mitsubishi Lancer GLXi lansiran 2001 menjadi satu sosok mesin pembantai di kelas 12 detik kompetisi drag race 402 meter, dengan tampilan relatif kalem untuk sebuah mobil beringas atau biasa disebut ‘sleeper’.
Jika pembaca melihat Lancer CK4 yang dilabur warna kuning ini, maka kita sepakat bahwa konsep dasar secara visual pada eksterior dan kabin mengacu kepada Mitsubishi Lancer Evolution GSR dengan seluruh detail seperti wiper pada kaca belakang, panel bodi, pengaturan digital pada sistem pendingin, jok, dan aksesoris OEM lain yang langsung dikanibal dari saudara JDM-nya.
“Ini mobil dapetnya justru setelah gue beli barang-barangnya. Dan ini rata-hasil kanibal dari beberapa macem generasi Evo, kayak interior yang ambil dari Evo V, Long Block dari Evo VII, dan sektor undercarriage kombinasi dari Evo IV& Evo IX,” beber Nicky, sapaan akrabnya.
Cowok lulusan Desain Komunikasi Visual ini mengidamkan mesin ber-induksi turbocharger sejak lama. Itulah yang menjadi alasannya memilih mesin 4G63T yang buas di lintasan drag race, namun juga bisa dipakai harian. “Dulu sempat turbo-in Honda Jazz tapi enggak lama dijual, pengen yang lebih bertenaga. Dari 2 pilihan antara Estilo atau Evo, akhirnya nemu barang-barang Evo duluan ya dijadiin deh,” kenang penikmat sate ayam yang mesin Mitsubishi Lancer-nya ditangani oleh workshop E-Worx.
Pemukim kawasan Gading Serpong, Tangsel ini enggak tanggung-tanggung memodifikasi mesin Lancer-nya. Seluruh aspek dari peripheral parts hingga internalnya diperkuat, seperti AMS Performance di intake, GSC 272 menggusur camshafts standarnya, hingga turbo HKS GT2 7640-KAI.
“Turbo ini lebih gede sedikit dari TD05 bawaan, tapi respons ke mesin jauh lebih signifikan,” tutur pria 33 tahun ini. Agar bisa menerima boost yang lebih besar, produk AEM map sensor bertekanan 5 Bar dipasang, dibarengi dengan suplai bahan bakar dibuat deras untuk akomodir kebutuhan mesin berperforma tinggi dari injektor Fuel Injector Clinic 1.100 cc.
Hasilnya? Tenaga 328,6 AWHP bukan sekedar angka diatas kertas dyno sheet, Nicky beserta adiknya Ton-Ton yang hobi motret ini sanggup menggeber Mitsubishi Lancer-nya di angka 12,2 detik pada Sentul Drag Race 2016 seri 1 lalu.
“Adek gue si Ton-Ton malah bisa lebih bagus waktunya 12,1 detik sayang aja jump start. Lagian itu kita masih tuning bensol juga dan setup masih belum maksimal, kedepannya target masuk 12,0 sukur-sukur bisa holy land,” pungkas Nicky yang berencana mengubah kaki-kaki Lancer-nya memakai Evo RS agar lebi bisa di-abuse untuk balap.
Modifikasi Mitsubishi Lancer GLXi
Dalam modifikasi, tidak sedikit yang salah kaprah mengubah mobil menjadi relatif lebih buruk dari kondisi standarnya, atau yang populer dengan istilah ‘ricer’. Nahasnya lagi, berkat oknum tersebut, beberapa mobil justru mendapat stigma itu karena seringkali jadi obyek modifikasi asal-asalan.
Namun kawan kita Nicky Livanda tidak membiarkan predikat itu menempel di mobil kesayangannya. Pria yang hobi nge-games ini membuat basis Mitsubishi Lancer GLXi lansiran 2001 menjadi satu sosok mesin pembantai di kelas 12 detik kompetisi drag race 402 meter, dengan tampilan relatif kalem untuk sebuah mobil beringas atau biasa disebut ‘sleeper’.
Jika pembaca melihat Lancer CK4 yang dilabur warna kuning ini, maka kita sepakat bahwa konsep dasar secara visual pada eksterior dan kabin mengacu kepada Mitsubishi Lancer Evolution GSR dengan seluruh detail seperti wiper pada kaca belakang, panel bodi, pengaturan digital pada sistem pendingin, jok, dan aksesoris OEM lain yang langsung dikanibal dari saudara JDM-nya.
“Ini mobil dapetnya justru setelah gue beli barang-barangnya. Dan ini rata-hasil kanibal dari beberapa macem generasi Evo, kayak interior yang ambil dari Evo V, Long Block dari Evo VII, dan sektor undercarriage kombinasi dari Evo IV& Evo IX,” beber Nicky, sapaan akrabnya.
Cowok lulusan Desain Komunikasi Visual ini mengidamkan mesin ber-induksi turbocharger sejak lama. Itulah yang menjadi alasannya memilih mesin 4G63T yang buas di lintasan drag race, namun juga bisa dipakai harian. “Dulu sempat turbo-in Honda Jazz tapi enggak lama dijual, pengen yang lebih bertenaga. Dari 2 pilihan antara Estilo atau Evo, akhirnya nemu barang-barang Evo duluan ya dijadiin deh,” kenang penikmat sate ayam yang mesin Mitsubishi Lancer-nya ditangani oleh workshop E-Worx.
Pemukim kawasan Gading Serpong, Tangsel ini enggak tanggung-tanggung memodifikasi mesin Lancer-nya. Seluruh aspek dari peripheral parts hingga internalnya diperkuat, seperti AMS Performance di intake, GSC 272 menggusur camshafts standarnya, hingga turbo HKS GT2 7640-KAI.
“Turbo ini lebih gede sedikit dari TD05 bawaan, tapi respons ke mesin jauh lebih signifikan,” tutur pria 33 tahun ini. Agar bisa menerima boost yang lebih besar, produk AEM map sensor bertekanan 5 Bar dipasang, dibarengi dengan suplai bahan bakar dibuat deras untuk akomodir kebutuhan mesin berperforma tinggi dari injektor Fuel Injector Clinic 1.100 cc.
Hasilnya? Tenaga 328,6 AWHP bukan sekedar angka diatas kertas dyno sheet, Nicky beserta adiknya Ton-Ton yang hobi motret ini sanggup menggeber Mitsubishi Lancer-nya di angka 12,2 detik pada Sentul Drag Race 2016 seri 1 lalu.
“Adek gue si Ton-Ton malah bisa lebih bagus waktunya 12,1 detik sayang aja jump start. Lagian itu kita masih tuning bensol juga dan setup masih belum maksimal, kedepannya target masuk 12,0 sukur-sukur bisa holy land,” pungkas Nicky yang berencana mengubah kaki-kaki Lancer-nya memakai Evo RS agar lebi bisa di-abuse untuk balap.